Perubahan dalam tata kelola lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi fokus utama dalam berbagai industri. Hal ini terutama terlihat dalam sektor pertambangan, di mana implementasi prinsip-prinsip ESG (Environment, Social, Governance) semakin mendesak untuk diperhatikan oleh semua pelaku usaha.
Direktur Health Safety Environment (HSE), Tony Gultom, menegaskan pentingnya integrasi antara tiga komponen utama ESG, yaitu lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), serta aspek sosial masyarakat. Saat ini, ketiga aspek tersebut masih sering dipandang sebagai entitas yang terpisah, padahal harusnya saling terkait untuk mencapai hasil yang optimal.
Dalam perencanaan praktik teknik tambang, pemahaman mengenai ESG adalah suatu keharusan. Menurut Tony, peraturan pemerintah harus dijadikan sebagai minimum yang harus dilaksanakan, di mana ketiga komponen tersebut seharusnya dijalankan secara simultan untuk mendukung keberlanjutan operasi tambang.
Mengapa ESG Sangat Penting Dalam Industri Pertambangan
Prinsip ESG menjadi semakin penting dalam konteks industri pertambangan karena tantangan yang dihadapi saat ini semakin kompleks. Kegiatan pertambangan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan dan sosial berpotensi menyebabkan dampak jangka panjang yang merugikan.
Tony menjelaskan bahwa dulu, program lingkungan, K3, dan sosial dipisah-pisahkan dalam pengelolaannya. Namun, dengan adanya peraturan yang lebih ketat, wawasan kita tentang ESG menuntut agar semua aspek ini diintegrasikan untuk menghindari celah yang dapat dimanfaatkan untuk mengabaikan tanggung jawab sosial perusahaan.
Selanjutnya, integrasi ESG diharapkan dapat membentuk pola pikir baru dalam industri ini. Para pelaku usaha diharapkan lebih proaktif dalam menerapkan praktik pertambangan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab agar hasil yang diperoleh tidak merugikan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Implementasi ESG Dalam Kebijakan Perusahaan
Di tingkat operasional, implementasi prinsip ESG harus dimulai dari kebijakan perusahaan. Tony menekankan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terletak pada karyawan, tetapi juga pada masyarakat dan lingkungan di sekitar lokasi tambang.
Saat berbicara tentang tanggung jawab lingkungan, perusahaan dituntut untuk memenuhi aturan yang ada, termasuk dalam hal penutupan tambang dan reklamasi. Kebijakan yang baik akan memastikan bahwa setiap kegiatan tambang sudah memperhitungkan dampak yang ditimbulkan dan langkah-langkah mitigasi yang perlu diambil.
Jika jaminan reklamasinya tidak disetor, sulit untuk mengatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki komitmen yang kuat terhadap ESG. Oleh karena itu, diperlukan ketegasan dalam kebijakan yang mengatur hal ini agar semua pelaku usaha dapat mematuhi dan berkontribusi positif.
Tantangan Dalam Penerapan ESG di Industri Pertambangan
Meskipun penting, penerapan prinsip ESG tidaklah tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kebutuhan untuk mengubah mindset dan budaya organisasi yang telah ada selama bertahun-tahun. Banyak perusahaan masih lebih mementingkan hasil jangka pendek dibandingkan dengan keberlanjutan jangka panjang.
Dalam konteks ini, Tony menjelaskan bahwa banyak perusahaan yang dulunya hanya fokus pada produksi. Kini, mereka harus belajar untuk menyeimbangkan antara keinginan untuk menghasilkan lebih banyak dan tanggung jawab sosial serta lingkungan yang harus dimiliki.
Pergeseran paradigma ini memerlukan dukungan dari semua tingkat manajemen, mulai dari tingkat atas hingga karyawan lapangan. Tanpa dukungan yang kuat, implementasi ESG akan sulit untuk dilakukan secara konsisten dalam setiap aspek operasional perusahaan.
