Cukai hasil tembakau (CHT) telah mengalami kenaikan yang signifikan dalam lima tahun terakhir. Kenaikan cukai ini berdampak langsung terhadap banyak aspek, termasuk pemutusan hubungan kerja di sektor industri hasil tembakau (IHT).
Menurut Hananto Wibisono, seorang pemerhati kebijakan, sejak tahun 2020, kenaikan cukai rokok berkisar antara 10-12 persen per tahun. Walaupun kontribusi terhadap pendapatan negara meningkat, efek negatif yang dihadapi oleh pekerja semakin terasa, dengan banyak buruh di sektor ini kehilangan pekerjaan.
“Ratusan usaha kecil dan menengah di Jawa Tengah dan Jawa Timur terpaksa gulung tikar akibat beban cukai yang semakin tinggi. Forum pekerja melaporkan bahwa sejak Januari 2025, telah terjadi efisiensi di pabrik SKM/SPM yang menyebabkan 20.000-30.000 PHK,” kata Hananto.
Di sisi lain, produksi rokok juga mengalami penurunan antara 3-5 persen, sementara biaya produksi meningkat 15-20 persen. Hal ini menyebabkan UKM di sektor IHT sulit bersaing, terutama di tengah maraknya produk-produk ilegal.
“Kondisi ini mengancam pendapatan sekitar 2 juta petani tembakau dan 1,5 juta petani cengkeh yang telah menghadapi ketidakpastian dalam pendapatan selama tiga tahun terakhir,” lanjutnya. Di lapangan, semakin banyak petani yang merasakan dampak langsung dari kebijakan cukai yang tinggi.
Cukai rokok sendiri menyumbang antara 10-13 persen dari total penerimaan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pangsa pasar Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang meningkat dari 17,6 persen pada tahun 2017 menjadi 20,5 persen pada tahun 2021 juga menunjukkan adanya perubahan dalam dinamika pasar rokok di Indonesia.
Dampak Kenaikan Cukai terhadap Industri Hasil Tembakau
Kenaikan cukai ini jelas mempengaruhi industri hasil tembakau secara keseluruhan. Banyak perusahaan yang terpaksa melakukan efisiensi untuk tetap bertahan di tengah tekanan yang meningkat.
Dengan semakin tingginya biaya operasional, banyak produsen besar dan kecil mengalami kesulitan untuk tetap berkompetisi. Akibatnya, beberapa pabrik terpaksa mengurangi jumlah karyawan untuk menekan biaya, sehingga mengakibatkan tingginya angka pengangguran.
Bukan hanya perusahaan yang merasakan dampak, namun juga petani yang tergantung pada sektor ini. Sayangnya, petani tembakau dan cengkeh yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi lokal semakin terjepit oleh kebijakan yang tidak mendukung keberlanjutan usaha mereka.
Penurunan daya saing produk lokal akibat produk ilegal yang semakin marak juga menjadi tantangan bagi UKM. Tanpa dukungan yang tepat, banyak usaha kecil yang berisiko bangkrut.
Selama periode ini, kebijakan pemerintah terkait cukai seharusnya mempertimbangkan aspek keberlanjutan sektor pertanian dan industri untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan.
Solusi Menghadapi Problematika Cukai Rokok
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang lebih seimbang. Kebijakan harus dirancang untuk menjaga pendapatan negara sekaligus melindungi industri lokal dan pertanian yang bergantung pada tembakau.
Perlu ada dukungan dalam bentuk pengembangan teknologi pertanian dan pelatihan bagi petani. Dengan cara ini, petani dapat meningkatkan hasil pertanian dan tetap bersaing di pasar yang sulit.
Pemerintah juga bisa mempertimbangkan untuk memberikan insentif bagi industri yang memenuhi kriteria keberlanjutan. Ini akan membantu dalam menciptakan ekosistem yang lebih sehat bagi petani dan pekerja di sektor IHT.
Partisipasi aktor swasta dalam mendukung kebijakan pemerintah juga sangat penting. Dengan kerjasama yang baik, solusi yang lebih inovatif dan berkelanjutan dapat ditemukan.
Melalui pendekatan kolaboratif ini, diharapkan semua pihak yang terlibat dapat merasakan manfaat dan memperkuat ketahanan sektor hasil tembakau di masa depan.
Perlunya Kesadaran Masyarakat terhadap Konsumsi Rokok
Kesadaran masyarakat terhadap risiko kesehatan akibat konsumsi rokok juga harus ditingkatkan. Edukasi mengenai bahaya merokok perlu lebih seksi, agar masyarakat bisa memahami konsekuensi dari kebiasaan ini.
Masyarakat juga perlu didorong untuk beralih ke produk yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini tidak hanya baik untuk kesehatan individu tetapi juga bagi keberlanjutan ekonomi lokal.
Seiring waktu, peningkatan kesadaran masyarakat dapat berkontribusi pada perubahan pola konsumsi. Dengan cara ini, akan ada efek positif jangka panjang bagi industri dan lingkungan.
Selain itu, penting untuk menegakkan hukum yang lebih tegas terhadap produksi dan distribusi produk ilegal. Langkah ini diharapkan dapat melindungi industri lokal dari persaingan tidak sehat.
Ini semua adalah langkah penting dalam mengubah landscape industri hasil tembakau ke arah yang lebih baik dan lebih berkelanjutan ke depannya.